Air merupakan salah satu elemen kehidupan penting
bagi umat manusia. Namun, apabila air memberi dampak yang membahayakan bagi
umat itu sendiri, apa yang dapat kita lakukan? Salah satu bahaya intensitas air
adalah banjir. Tidak terkecuali bagi negara maju seperti negara Belanda, pun
tidak lepas dari bahaya banjir seperti yang terjadi di tahun 1530 yang
menewaskan lebih dari 100.000 jiwa.
Secara geografis Belanda merupakan negara
berpermukaan rendah dengan kira-kira 20% wilayahnya , dan 21 % populasi berada
di bawah permukaan laut dan 50 % tanahnya kurang dari satu meter di atas
permukaan laut yang beresiko terkena dampak banjir dari Laut Utara atau sungai Rhine, Maas dan Schelt serta anak-anak sungainya.
Belajar dari hal ini Belanda mendirikan direktorat
khusus yang menangani masalah air yang disebut Rijkswaterstaat. Direktorat ini bertugas
untuk mengendalikan banjir secara keseluruhan. Berbagai inovasi dan penelitian
seperti pompa mekanik, material-material baru, dan modeling
hidrolik
dikembangkan. Proyek-proyek pembuatan tanggul dan reklamasi pun ditingkatkan.
Sehingga lambat laun Belanda dapat mencegah terjadinya banjir.
Namun dengan perubahan iklim,
peningkatan populasi dan dan investasi ekonomi, Belanda sadar akan potensi
kerugian yang dapat disebabkan oleh banjir. Seperti terjadinya peningkatan
level air sungai pada tahun 1993 dan 1995 yang pada akhirnya memaksa 250.000
orang untuk mengungsi.
Pada tahun 2006 Belanda mengembangkan
proyek yang dinamakan Room for the River. Proyek senilai $2.8 milyar ini meliputi 4 sungai yakni sungai Rhine,
Meuse,
Waal, dan IJssel. Proyek ini dirancang pemerintah untuk mengalirkan kelebihan air sungai
menuju laut dan menampung lebih banyak kelebihan air sebelum menggenangi kota. Sungai akan diberi ruang untuk mengalirkan air pada lebih dari 30
lokasi.
Dibiayai oleh pemerintah, proyek ini telah dilakukan
oleh pemerintah pusat dan regional bekerjasama dengan Dewan Perairan atau Hoogheemraadschappen
dan rekan sektor swasta. Proyek ini rencananya akan selesai pada akhir tahun
2015.
Ide utama dari proyek Room for the River ini adalah mengembalikan daerah dataran banjir
alami ke sungai. Dengan memperluas daerah dataran banjir dan memindahkan
masyarakat ke tempat yang lebih aman, Room
for the River membiarkan sejumlah besar air untuk melewati negeri yang
terkenal dengan bunga tulip itu. Proyek ini adalah harapan bagi masyarakat
dimana badai diperkirakan menyebabkan air hujan ekstrim dalam waktu singkat.
Beberapa tindakan yang dilakukan
dalam proyek ini adalah :
1. Merendahkan Level Daerah dataran banjir
Bagian bawah daerah dataran banjir akan diturunkan lebih dalam.
Menambah kedalaman daerah dataran banjir harus dilakukan karena kumpulan
sedimen di area setelah banjir yang berlangsung bertahun-tahun.
2. Memindahkan Tanggul
Tanggul akan dipindahkan lebih jauh dari tepi sungai. Ini akan membuat
ruang tambahan dalam daerah dataran banjir untuk sungai selama musim banjir.
3. Mengurangi Ketinggian Groin
Groin atau struktur hidraulik yang dibangun dari tepi sungai yang
memotong aliran air, akan diturunkan
untuk membiarkan pengaliran air saat level air meningkat lebih cepat.
4. Melepas Hampatan
Hambatan-hambatan di lokasi-lokasi sepanjang sungai dilepas atau
dimodifikasi, misalnya jembatan.
5. Membangun Ruang Hijau
Pada saat musim
dingin dimana debit puncak rendah, ruang hijau ini dapat dimanfaatkan menjadi
banyak hal seperti padang penggembalaan ternak, taman kota, ruang publik.
Apabila musim panas tiba ketika debit puncak sungai meningkat, sempadan secara
otomatis difungsikan sebagai saluran air.
6. Memperkuat
Tanggul
Untuk lebih jelas dapat dilihat di diagram berikut
ini :
|
Diagram Room for the River |
|
Room for the River di kota Denverten |
|
dalam proses
Room for the River Waal
|
Bagi negara yang separuh wilayahnya merupakan daerah dengan ketinggian
kurang dari satu meter di bawah permukaan air laut dan beresiko terkena banjir,
Belanda membuktikan dengan penelitian, inovasi dan kerjasama mereka dapat
mengatasi banjir dengan baik.
Jan Hendrik
Dronkers, direktur umum Rijkswaterstaat berkata, “Setiap kali ada
krisis, kami melihatnya sebagai kesempatan”.
Mari melihat kesempatan untuk
mengatasi masalah. Jika Belanda bisa, Indonesia juga seharusnya bisa. Jika
mereka bisa, kita juga seharusnya bisa. Dengan kemauan, kerjasama dan
keseriusan akan selalu ada pengharapan.
Sumber :
Foto diambil dari :