Tapi intinya lebih ke ragu-ragu :(
Beberapa minggu yang lalu aku baca buku dari Tommy Barnett yang berjudul Dream Again, yang berisi rangkaian tentang mimpi-mimpinya.
Berikut prolognya:
Dunia sudah dibentuk dan
diubah oleh impian-impian dan banyak visi dari tiap generasi umat manusia.
Impian, atau visi, atau harapan, dan idaman sudah menjadi faktor pendorong bagi
banyak terwujudnya penemuan-penemuan besar didunia sepanjang zaman.
Christopher Colombus memiliki
sebuah impian – ia memvisikan sebuah negeri baru yang akan dipersembahkannya
kepada Tuhan. Henry Ford memiliki impiannya sendiri – sebuah mobil yang bisa
dimiliki oleh semua orang. Marthin Luther King pun memiliki impian besar –
sebuah bangsa yang akan mempersatukan berbagai macam ras dan semua keyakinan.
Daftar para “pemimpi” dengan
berbagai visi mereka yang telah mengubah dunia ini tidak ada habisnya. Kita
akan menjadi umat yang berbudaya, tidak berpendidikan, dan bahkan tidak
bertobat kepada Kristus tanpa kehadiran para pemimpi yang telah mendahului
kita.
Anda tidak akan pernah tahu
apa yang sebenarnya bisa anda wujudkan kalau anda tidak pernah punya visi atau
impian. “Bila tidak ada wahyu (visi)”, kata Alkitab, “menjadi liarlah rakyat.”
(Amsal 29:18). Bangsa-bangsa akan binasa. Kota-kota akan musnah. Gereja-gereja
akan hilang. Tanpa impian, pengharapan
akan mati.
Mengapa anak-anak muda lari ke
obat-obat bius, padahal mereka tahu bahwa obat-obat itu bisa membunuh mereka?
Mengapa mereka memilih menjadi preman jalanan, padahal mereka tahu bahwa gaya
hidup preman akan merusak masa depan mereka dan keluarganya? Mengapa orang lari
ke minuman keras? Ke kejahatan? Bahkan bunuh diri? Mereka meninggalkan
kehidupan dan kesehatan karena mereka sudah kehilangan pengharapan.
Orang tidak memiliki
pengharapan karena mereka sudah kehilangan semua visi dan impian mereka.
Kejenuhan bukan disebabkan oleh terlalu banyak bekerja; kejenuhan datang dari
hilangnya visi atau impian.
Sebagai anak-anak pilihan
Tuhan, kita harus hati-hati dengan impian. Kita tidak boleh mengejar
harapan-harapan kosong atau fantasi yang hanya memuaskan egoisme, nafsu, atau
keserakahan kita sendiri. Sebagai murid-murid Kristus Yesus, kita ingin agar Ia
menaruh impianNya dan harapanNya dalam hati kita.
Bagaimana anda bisa tahu bahwa
impian anda berasal dari Tuhan? Untuk memastikan hal itu, paling tidak ada tiga
pertanyaan yang bisa anda tanyakan pada diri sendiri.
Pertama, Apakah impian itu lebih besar daripada anda sendiri? Kalau impian
itu lebih besar daripada kemampuan anda untuk bisa mewujudkannya, berarti
impian itu dari Tuhan, dan Tuhanlah yang akan mendapat kemuliaan. Kita perlu
membiarkan anak-anak Tuhan memiliki impian besar. Kadang-kadang kita mendengar
saudara seiman kita memiliki sebuah visi untuk mewujudkan sesuatu yang sangat
besar. Lalu dalam hati kita berkata, kuharap Tuhan mau merendahkan hatinya. Itu
suatu kemunduran yang tidak mendukung. Umat pilihan Allah harus menjadi
pemimpi-pemimpi terbesar di dunia. Yesus mengutus keduabelas muridnya yang
kenyataannya adalah “orang-orang kecil” itu untuk mengabarkan injil ke seluruh
muka bumi, dan mereka sudah melakukannya. Kenapa kita tidak berpengharapan
begitu?
Kedua, dapatkah anda melupakannya? Impian bisa menyesatkan. Impian itu
hilang begitu saja. Anda menjadi kecewa, dan mulailah keraguan muncul.
Orang-orang tidak ada yang mendukung anda; bahkan mereka berusaha memojokkan
anda. Akhirnya anda menyerah dan meninggalkan impian itu – tetapi kalau memang
berasal dari Allah, impian itu tidak akan meninggalkan anda! Anda mungkin
bahkan akan berusaha menghindarinya, tetapi genggamannya terhadap diri anda
terlalu kuat.
Ketiga, bersediakah anda mati demi impian itu? Bersediakah anda menyerahkan
hidup anda, atau bahkan yang lebih sulit daripada itu – menyerahkan kehidupan
anak-anak anda demi impian itu? Aku teringat bahwa Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia memberikan AnakNya
(Yohannes 3:16).
Apakah anda punya impian? Satu
hal yang kita tahu adalah bahwa jalanNya bukanlah jalan kita. Tetapi Ia sudah
berjanji “akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu” (Mazmur 37:4)
kalau kita mau mempercayakan semua
kepadaNya. Itulah yang Tuhan sudah lakukan dalam kehidupan para “pemimpi”.
Itulah yang sudah dilakukannya bagiku. Dan itu juga yang akan dilakukanNya bagi
anda.
Ijinkan aku untuk tetap bermimpi.. berpengharapan.. berserah..
Menggerakkan seluruh indra dan melihat karya-Mu
Tahun 2012 aku percaya, Kau tetap ada disana :)
0 comments:
Post a Comment
Tell me..