Wednesday, July 09, 2014

Untukmu Indonesia

Ada yang beda dari aku yang biasanya beberapa bulan terakhir ini. Something different that brings me for today. Tinta ungu di jari kelingking tangan kiri adalah bukti perubahan itu.

Yep.. Im talking about Presidential Election in Indonesia which held today :)

Bertahun-tahun yang lalu semenjak aku dah punya kartu sakti yang namanya KTP, namaku dah terdaftar sebagai Pemilih Tetap di kota asalku tiap kali yang namanya Pemilihan Umum (Pemilu) berlangsung. Dari pemilihan bupati lah, gubernur lah, anggota legislatif lah sampai presiden dan wakil presiden.

Pertama kali memilih itu waktu aku umur 18 tahun. Seingat aku pemilihan anggota legislatif. Namanya masih bau kencur gak pedulian tuh siapa orangnya. Beberapa orang terdekat nganjurin aku milih si A, ada juga yang bilang si B aja trus si C, dll. Tapi satu pun dari mereka gak ada yang aku kenal.

Tiba di bilik. Liat nama mereka, liat partainya trus liat mukanya. Well.. aku ingat aku lagi suka sama satu partai jaman itu dulu. Trus liat namanya dan nebak-nebak mana yang paling baik. Intinya akhirnya aku ngeliat nama dan marganya juga. Bodo amat lah. Namanya juga masih newbie. Seperti itu kira-kira pikiran aku.

Masuk tahun-tahun berikutnya pas aku dah kuliah keluar kota ada lagi beberapa pemilihan. Tapi kebanyakan aku gak ikut dengan alasan kuliah. Males banget pulang sehari doang demi memilih orang-orang yang gak aku kenal.

Lama kelamaan yang namanya Pemilu itu buat aku hanya hari libur doang. Gak penting ngurusin wakil-wakil yang nampang wae foto-fotonya dimana-mana. Bikin eneg. Pokoknya pemilu itu artinya asikk libur brarti gue bisa bangun siang atau jjs ama temen-temen :p

Itu dulu. Namun, diawal April lalu saya mulai tertarik melihat pergolakan politik di Indonesia. Dulunya yang namanya politik itu sangat membosankan buat aku. Pengen muntah liat berita yang menunjukkan beberapa politikus. Kok kayaknya gak ada yang bener. Kok janjinya janji palsu. Kok gak memberi contoh. Kok mukanya keliatan baik banget ternyata bejat. Kok wakil rakyat tapi sama sekali gak mewakili rakyat.

Demikianlah beberapa pikiran-pikiranku sampai ke titik 'sebodo amatlah'. Nonton berita ngeliat berita tentang masyarakat aja. Kalo da menjurus ke arah petinggi-petinggi langsung ganti ke kartun atau nonton DVD drama Korea aja. hehe..

Kembali lagi ke April tahun ini. Pemilihan legislatif tahun ini sempat membuatku berniat untuk ikut. Tapi lagi-lagi karna ketidakmautauan calon-calon wakil rakyat itu aku memutuskan putih saja. Bedanya aku mengikuti hasilnya. Melihat quick count partai mana yang memperoleh suara terbanyak.

Setelah hasil finalnya diumumkan, aku kembali mengikuti kira-kira siapa calon-calon yang akan dicalonkan sebagai RI 1 dan RI 2. Mulailah terlihat siapa dengan siapa yang berkoalisi dan menancapkan cakar mereka. Dan akhirnya di awal Juni kemarin aku mulai tertarik dengan salah satu tokoh. Aku yang biasanya buka internet untuk sosial media atau nyari bahan buat kerjaan tiba-tiba mulai baca-baca artikel tentang beliau dan pendapat-pendapat orang-orang lain yang menuangkan pikirannya lewat blog tentang si orang itu.

Ingatanku kembali teringat ke kota kecil di awal tahun 2011 lalu saat aku mengunjungi kota yang menjadi saksi hasil kerja keras orang itu. Aku memang gak sampai sehari berada disana but I was impressed.

Aku tau aku udah menjatuhkan pilihan saat itu. Pilihan yang bener-bener murni dari pencarian dan keinginan untuk mengenal sosok orang itu meski lewat tulisan-tulisan dan status-satus sahabat-sahabat di sosial media.

Untuk pertama kalinya aku excited menyambut pemilu hari ini. Jauh-jauh hari aku meminta tolong Bapak untuk mengurus formulir A5 sebagai bukti aku menggunakan hak pilih di tempat aku sekarang. Akhirnya minggu lalu saat aku di Jogja diberitahu surat A5 sudah sampai. Aku pulang dari Jogja hari Sabtu pukul 6 sore. Aku tau mengurus form A5 ke kelurahan sebagai pemilih tambahan paling lambat 3 hari sebelum Pemilu. Itu artinya Minggu. Aku tinggal punya satu hari lagi.

Keesokan harinya aku berangkat ke kantor kelurahan dekat rumah. Nanya ke tetangga lalu nanya ke satpam komplek dan pad akhirnya nemu. Pintu kelurahan masih ditutup. Aku liat jam sudah hampir jam 9. Ckkckk.. speechless. Aku nanya ke orang dekat kelurahan dan bilang kantor baru buka jam 11. Akhirnya aku memutuskan ke tempat teman dulu sambil menunggu. Lalu kira-kira jam 12.30 saya kembali kesana dengan cuaca yang ampunnn panasnya. Macet lagi. Tapi bela-belain. Sampai di kantor kelurahan aku dirujuk ke kantor PPS (Panitia Pemungutan Suara). Aku menyerahkan form A5 lalu petugasnya minta fotocopy form A5 dan KTP. Dienggg.. aku belum fotocopy form A5 nya. Lalu pergilah aku keluar kantor dan nyari tukang fotocopy yang semuanya tutup berhubung hari Minggu. Aku ingat di daerah kampus kotaku pasti tukang fotocopian banyak yang buka.

Lalu aku naik angkot dan berhenti di daerah kampus tersebut dan fotocopy beberapa lembar A5 dan KTP untuk jaga-jaga. Naik angkot lagi kembali ke kantor kelurahan. Bersimbah keringat aku menyerahkan apa yang diminta. Lalu petugasnya menanyakan beberapa hal dan akhirnya menuliskan nomor tempat TPS aku.

Dan sampailah pagi tadi aku brangkat jam 11 nanya-nanya ke TPS terdekat dengan rumah yang bukan TPS ku. Petugas memberitahu lokasi TPS ku yang masuk gang dan melewati kuburan. Hihi.. Sampai disana disapa dengan muka jutek sama seorang ibu. Entah kenapa biarpun dijutekin aku tetap senyummm. Gak aku banget. Aku mah kalo dijutekin pasti balik ngejutekin. Yeiy..situ siapa?? Tapi hari ini beda. Aku tetap sabar meskipun pas dicek namaku ternyata gak ada didaftarnya. Si ibu bilang 'ntar aja ya jam 12 datang kesini'.

Aku liat jam. Satu jam lagi. Males banget nunggu dirumah. Aku memutuskan duduk di kursi tunggu. Kayaknya si ibunya terkejut melihat aku duduk dengan manis sambil ngeliatin mereka semua. Biasanya dalam situasi seperti itu aku akan bengong mikir ngelantur kemana-mana atau main HP. Tapi waktu itu aku duduk manis ngeliat petugas-petugasnya yang selalu pake bahasa Sunda.

Mungkin karna udah sepi kali ya, si ibunya trus manggil lalu bilang ke seorang bapak yang ternyata Ketua TPS nya buat nulis nama aku didaftar pemilih tambahan. Sambil melihat form A5 dan nanya tempat lahir, tanggal lahir, dst. Lalu aku disuruh nunggu. Beberapa menit kemudian namaku dipanggil. Kertas calon diserahkan. Masuk bilik dan buka kertasnya. Gak ngeliat sesuatu yang curang di kertas aku mencoblos nomor yang selama ini sudah ada di benakku.
Lalu keluar dan memasukkan kertas suara dan mencelupkan jari kelingking sebagai bukti aku sudah memberikan hak suara.

Lega? Jelas. Seneng? Pasti. Aku tau aku hanya pribadi yang amat kecil di negeri ini. Aku tau aku gak punya modal besar untuk membangun negeri ini. Yang aku punya hanya doa. Pengharapan.. Untukmu Indonesiaku :)

0 comments:

Post a Comment

Tell me..